Posisikan anda ke situasi berikut, anda memiliki seorang saudara yang baru saja melakukan kejahatan. Sebut sajalah dia membunuh seseorang. Anda sayang sekali kepada saudara anda dan anda tidak ingin beliau ditahan dibelakang jeruji besi. Jadi apa yang anda lakukan untuk menghindari hal tersebut? Anda berbohong ketika diinterogasi pihak berwajib. Inilah yang disebut sebagai "white lie". Setiap orang pasti pernah berbohong. Dan kebanyakan manusia berbohong demi kepentingan diri sendiri. Jadi apa yang sebenarnya terjadi ketika anda berbohong? Berbohong bukan merupakan suatu mekanisme tubuh yang bekerja secara otomatis seperti detak jantung, melainkan berbohong itu adalah aktivitas tubuh yang kita sadari, yang dapat dikontrol. Makanya berbohong itu dapat dideteksi. Terdapat dua alat pendeteksi kebohongan yang dikenal sampai sekarang adalah polygraph dan fMRI (functional Magnetic Resonance Imaging). Polygraph sudah jarang dipergunakan karena hanya dapat mendeteksi 60% kebohongan. FMRI memiliki hasil yang menjanjikan dan masih dalam tahap pengembangan. FMRI bekerja dengan cara menunjukkan peta pada aktivitas jaringan otak kita yang bisa berasal dari pikiran, memori dan aktivitas motorik otak kita. Peta pikiran ini dapat divisualisasikan melalui scanner MRI yang mendeteksi aliran darah ke daerah yang teraktivasi di otak. Sel saraf otak akan menerima oksigen dari hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah. Aliran darah yang meningkat ini akan mengaktifkan daerah otak yang memiliki kegiatan otak yang lebih aktif. Aliran ini juga akan mengubah konsentrasi oksihemoglobin dan deoksihemoglobin dalam darah. MRI akan memetakan kegiatan ini dan dari sinilah bisa ditentukan apakah individu ini sedang berbohong atau tidak. Riset terbaru yang dilakukan oleh Ben-Gurion University di Israel juga menunjukkan bahwa oksitosin juga mempengaruhi kebohongan seseorang. Oksitosin dikenal sebagai hormon yang menyebabkan kontraksi otot rahim ketika melahirkan dan merangsang pengeluaran ASI dari kelenjar susu ibu. Riset ini dilakukan dengan memasukkan oksitosin atau placebo (obat yang tidak memiliki efek apapun) ke dalam tubuh 60 pria. Mereka tidak dikasih tahu zat apa yang dimasukkan ke tubuh mereka. Ke 60 pria ini dibagi ke dalam 3 kelompok. Dan mereka dimasukkan ke dalam suatu ruangan satu per satu untuk bermain "heads-or-tails coin-toss game" dan dijanjikan hadiah kepada grup yang memiliki poin tertinggi. Komputer tetap menyimpan skor mereka dan hasilnya adalah pria yang diinjeksikan dengan oksitosin memiliki kecenderungan untuk berbohong daripada yang tidak diinjekaikan dengan oksitosin. Namun oksitosin bukan merupakan obat yang membuat anda berbohong. Melainkan hormon tersebut merupakan salah satu faktor penentu kebohongan dan harus bekerja dengan aktivitas lain dari tubuh kita ketika kita berbohong. Berbohong itu tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikurangi karena keseringan berbohong dapat menyebabkan otak anda dibawah stress sehingga akan menggangu kinerja otak kita di hari tua nanti. Sayangi otakmu dan kurangi kebiasaan berbohong. Disadur dari https://www.psychologytoday.com/blog/the-bejeezus-out-me/201403/the-biology-lying oleh Vincent Scorsinni
0 Comments
|
BiologiSelamat datang di blog The Science Explorer bidang Biologi. Semoga Anda menikmati kunjungan Anda. Archives
April 2020
Categories |